loading...
Dalam teh dan kopi terkadung kafein serta sebuah zat kimia bernama EGCG dalam teh.
Cara Kerja Kafein dalam Tubuh
Kafein dapat meningkatkan denyut jantung. Sekali
lagi, semakin cepat denyut jantung Anda, maka semakin cepat dan banyak pula
pembakaran kalori. EGCG dalam teh bekerja hampir sama dengan kafein, tetapi
tidak sekedar mempercepat denyut jantung, namun juga membuat otak dan syaraf
bekerja lebih cepat sehingga juga membantu pembakaran lebih banyak kalori
(Putra, 2009).
Di dalam penelitian, para peneliti menemukan bahwa
sebuah kombinasi antara kafein dan satu dosis EGCG sebanyak 90 mg yang
dikonsumsi tiga kali sehari dapat membantu membakar kalori tambahan sebesar 80
kalori sehari. Itupun dalam kondisi tubuh tanpa aktivitas. Sebuah studi yang
diadakan oleh pemerintah Canada menemukan bahwa para pasukan yang mengkonsumsi
kafein 12 jam sebelum tes latihan fisik ternyata tidak hanya mampu berlatih
lebih lama sebelum keletihan, tetapi juga lebih mampu menyerap oksigen ketika
berlatih. Kebutuhan oksigen tubuh terkait secara langsung terhadap kecepatan
metabolisme tubuh. Jadi, semakin banyak oksigen yang Anda gunakan, semakin
besar pula jumlah kalori yang Anda bakar selama latihan (Putra, 2009).
Teori paling
popular dari efek ergogenik kafein terhadap performa olahraga ini disebabkan
oleh dua mekanisme utama yang terjadi di dalam tubuh yaitu (Irawan, 2009):
1. Kafein dapat
meningkatkan proses penyerapan dan juga pelepasan ion kalsium di dalam sel-sel
otot.
2. Kafein dapat
menstimulasi pengeluaran asam lemak dari jaringan adipose tubuh.
Mekanisme yang
pertama disebutkan dapat memberikan manfaat postif bagi atlet cabang
olahraga intensitas tinggi berdurasi singkat karena peningkatan proses
penyerapan dan pelepasan ion kalsium dapat membantu untuk meningkatkan kekuatan
serta efisiensi kontraksi otot (Irawan, 2009).
Sedangkan
mekanisme yang kedua dapat memberikan manfaat bagi performa
olahraga endurans karena stimulasi
pengeluaran asam lemak dapat meningkatkan
pengunaan lemak sebagai sumber
energi sehingga membantu
menghemat pemakaian karbohidrat (glikogen otot) pada tahap-tahap awal saat
aktivitas olahraga baru mulai berjalan. Kombinasi antara peningkatan pembakaran
asam lemak dan penghematan pemakaian glikogen otot ini membuat seorang atlet
mempunyai cadangan energi dalam
bentuk karbohidrat yang relatif lebih
banyak sehingga secara teoritis akan mempunyai daya tahan dan performa endurans
yang lebih baik (Irawan, 2009).
Peningkatan performa endurans ini salah satunya
ditunjukan oleh penelitian yang dipublikasikan dalam Jurnal Of Sports Science, di mana konsumsi
kafein dibandingkan dengan konsumsi non-kafein sebelum latihan olahraga
menghasilkan peningkatan pembakaran lemak tubuh yaitu 145 vs 120
mg/mol serta kemampuan daya tahan atlet dalam olahraga endurans yaitu 131 vs
123 menit (Irawan, 2009).
Karena begitu banyak informasi
latar belakang berasal dari hewan percobaan, kita harus mencoba untuk
ekstrapolasi data ke manusia. Namun, ini bukan tugas sepele untuk membandingkan
dosis kafein pada hewan dan manusia. Sebagai contoh, harus diingat bahwa dalam
sebagian besar percobaan pada tikus, satu dosis tinggi yang diberikan kafein,
sedangkan kopi dikonsumsi manusia dibagi di siang hari. Gilbert (1976)
mengusulkan penggunaan berat badan metabolik faktor koreksi ketika
membandingkan efek dosis yang diberikan kafein pada hewan dan manusia. Namun,
tidak semua orang setuju bahwa koreksi yang didasarkan pada berat badan
metabolik harus diterapkan. Memang LD50 kafein yang cukup konsisten di seluruh
spesies, termasuk Homo sapiens (Irawan,
2009).
Adenosin adalah konstituen seluler normal. Yang
tingkat intraselular diatur oleh keseimbangan dari beberapa enzim. Adenosin
dibentuk oleh tindakan yang AMP-5'-nucleotidase selektif, dan tingkat
pembentukan adenosin melalui jalur ini terutama dikendalikan oleh jumlah AMP.
Oleh karena itu, faktor penting yang menentukan tingkat pembentukan adenosin
melalui jalur ini adalah tingkat relatif ATP breakdown dan sintesis. Ini pada
gilirannya ditentukan oleh tingkat pemanfaatan energi dan ketersediaan metabolizable
substrat (Putra, 2009).
Referensi:
Irawan, Anwari. Kafein.
Available from : http://pssplab.com.
Accessed at 18 Januari 2010.
Putra, W.P.A. 2009. Beberapa
Jenis Makanan Pendongkrak Metabolisme. Available from : http://wartawarga.gunadarma.ac.id. Accessed at
18 Januari 2010.
loading...
Berikan komentar Anda untuk kebaikan Kita bersama
EmoticonEmoticon