Jumat, 06 Juli 2012

Pendongkrak Metabolisme: Teh Hijau dan Kopi

loading...


Kandungan Teh dan Kopi

Dalam teh dan kopi terkadung kafein serta sebuah zat kimia bernama EGCG dalam teh.

Cara Kerja Kafein dalam Tubuh

Kafein dapat meningkatkan denyut jantung. Sekali lagi, semakin cepat denyut jantung Anda, maka semakin cepat dan banyak pula pembakaran kalori. EGCG dalam teh bekerja hampir sama dengan kafein, tetapi tidak sekedar mempercepat denyut jantung, namun juga membuat otak dan syaraf bekerja lebih cepat sehingga juga membantu pembakaran lebih banyak kalori (Putra, 2009).

Di dalam penelitian, para peneliti menemukan bahwa sebuah kombinasi antara kafein dan satu dosis EGCG sebanyak 90 mg yang dikonsumsi tiga kali sehari dapat membantu membakar kalori tambahan sebesar 80 kalori sehari. Itupun dalam kondisi tubuh tanpa aktivitas. Sebuah studi yang diadakan oleh pemerintah Canada menemukan bahwa para pasukan yang mengkonsumsi kafein 12 jam sebelum tes latihan fisik ternyata tidak hanya mampu berlatih lebih lama sebelum keletihan, tetapi juga lebih mampu menyerap oksigen ketika berlatih. Kebutuhan oksigen tubuh terkait secara langsung terhadap kecepatan metabolisme tubuh. Jadi, semakin banyak oksigen yang Anda gunakan, semakin besar pula jumlah kalori yang Anda bakar selama latihan (Putra, 2009).

Teori  paling popular dari efek ergogenik kafein terhadap performa olahraga ini disebabkan oleh dua mekanisme utama yang terjadi di dalam tubuh  yaitu (Irawan, 2009):
1. Kafein dapat meningkatkan proses penyerapan dan juga pelepasan ion kalsium di dalam sel-sel otot.
2. Kafein dapat menstimulasi pengeluaran asam lemak dari jaringan adipose tubuh.

Mekanisme yang  pertama disebutkan dapat memberikan manfaat postif bagi atlet cabang olahraga intensitas tinggi berdurasi singkat karena peningkatan proses penyerapan dan pelepasan ion kalsium dapat membantu untuk meningkatkan kekuatan serta efisiensi kontraksi otot (Irawan, 2009).

Sedangkan  mekanisme yang kedua dapat memberikan manfaat bagi performa olahraga  endurans karena stimulasi pengeluaran  asam lemak dapat meningkatkan pengunaan lemak sebagai sumber  energi  sehingga membantu menghemat pemakaian karbohidrat (glikogen otot) pada tahap-tahap awal saat aktivitas olahraga baru mulai berjalan. Kombinasi antara peningkatan pembakaran asam lemak dan penghematan pemakaian glikogen otot ini membuat  seorang atlet  mempunyai cadangan  energi dalam bentuk karbohidrat  yang relatif lebih banyak sehingga secara teoritis akan mempunyai daya tahan dan performa endurans yang lebih baik (Irawan, 2009).

Peningkatan performa endurans ini salah satunya ditunjukan oleh penelitian yang dipublikasikan dalam  Jurnal Of Sports Science, di mana konsumsi kafein dibandingkan dengan konsumsi non-kafein sebelum latihan olahraga menghasilkan  peningkatan  pembakaran lemak tubuh yaitu 145 vs 120 mg/mol serta kemampuan daya tahan atlet dalam olahraga endurans yaitu 131 vs 123 menit (Irawan, 2009).

Karena begitu banyak informasi latar belakang berasal dari hewan percobaan, kita harus mencoba untuk ekstrapolasi data ke manusia. Namun, ini bukan tugas sepele untuk membandingkan dosis kafein pada hewan dan manusia. Sebagai contoh, harus diingat bahwa dalam sebagian besar percobaan pada tikus, satu dosis tinggi yang diberikan kafein, sedangkan kopi dikonsumsi manusia dibagi di siang hari. Gilbert (1976) mengusulkan penggunaan berat badan metabolik faktor koreksi ketika membandingkan efek dosis yang diberikan kafein pada hewan dan manusia. Namun, tidak semua orang setuju bahwa koreksi yang didasarkan pada berat badan metabolik harus diterapkan. Memang LD50 kafein yang cukup konsisten di seluruh spesies, termasuk Homo sapiens (Irawan, 2009).

Adenosin adalah konstituen seluler normal. Yang tingkat intraselular diatur oleh keseimbangan dari beberapa enzim. Adenosin dibentuk oleh tindakan yang AMP-5'-nucleotidase selektif, dan tingkat pembentukan adenosin melalui jalur ini terutama dikendalikan oleh jumlah AMP. Oleh karena itu, faktor penting yang menentukan tingkat pembentukan adenosin melalui jalur ini adalah tingkat relatif ATP breakdown dan sintesis. Ini pada gilirannya ditentukan oleh tingkat pemanfaatan energi dan ketersediaan metabolizable substrat (Putra, 2009).

Referensi:
Irawan, Anwari. Kafein. Available from :  http://pssplab.com. Accessed at  18 Januari 2010.
Putra, W.P.A. 2009. Beberapa Jenis Makanan Pendongkrak Metabolisme. Available from :  http://wartawarga.gunadarma.ac.id.  Accessed at  18 Januari 2010.
loading...

Berikan komentar Anda untuk kebaikan Kita bersama
EmoticonEmoticon